Tepat pada bulan November 2014, saya menjadi relawan. Saat itu saya mengamati kegiatan yang di lakukan di regio masing-masing. Kemudian pada bulan Januari saya dan teman saya Ronald turun bersama – sama di Regio Sawa – Erma didampingi oleh Kakak Adji. Sebelum melakukan kegiatan kami menyusun rencana terlebih dahulu agar tak terjadi kesalahpahaman antara masyarakat dan kami.
Dalam melakukan kegiatan, saya mendekati masyarakat mencoba mengetahui situasi dan kondisi mereka. Setelah itu saya mulai menyusun rencana. Saya sempat berpikir apa yang harus saya lakukan di saat saya terjun ke lapangan? Tapi pertanyaan ini malah membuat saya lebih tertarik menjalankan tugas sebagai koordinator di wilayah regio Sawa – Erma.
Selama sekitar tiga bulan ini dari bulan Januari hingga April saya mendampingi masyarakat dari kampung Erma, Sona, Saa dan Er. Disamping itu saya juga membantu memberikan materi tentang pengelolaan tanah, cara menanam, cara membuat bedeng lengkap dengan ukuran-ukurannya, serta pengetahuan tentang jarak tanam. Setiap bulan dalam dua minggu saya turun ke lapangan untuk memeriksa atau meninjau kebun masyarakat . Ada beberapa kebun yang saya tinjau, yaitu kebun Bapak Liberatus, Bapak Hengki ,Bapak Matias, Mama Adriana Sainam, dan lain –lain.
Di masing – masing kebun pribadi dan kebun kelompok saya berusaha membantu membuat contoh cara membuat kompos dan cara menanam serta memberitahu tentang jarak tanam. Sementara di kebun masyarakat yang lain banyak terdapat tanaman –tanaman jangka pendek seperti singkong, petatas, kacang panjang dan tanaman jangka panjang seperti nangka, suku dan tanaman jangka panjang lainnya.
Namun kendala yang sering terjadi di lapangan atau di kebun ialah terdapatnya akar – akar kayu, akar pandan, dan akar – akar pohon sagu. Sehingga masyarakat sering mengalami kesulitan karena kekurangan peralatan tani. Kadang saya berpikir kapan masyarakat akan mengerti tentang cara berkebun, berkebun itu fungsinya apa, dan juga tujuannya apa. Masalahnya hampir semua anggota masyarakat tidak mengerti tujuan mereka berkebun. Tentunya saya selalu berusaha memberikan penyadaran terhadap masyarakat.
Sejauh ini di Regio Sawa–Erma, masyarakat hampir semuanya memang memiliki kebun. Sementara sisanya hanya duduk menunggu uang rokok. Itu yang sering terjadi di Sawa–Erma. Sehingga saya perlu banyak waktu untuk mendampingi masyarakat, karena tanpa didampingi masyarakat akan malas melakukan pekerjaan khususnya di wilayah Sawa – Erma. Saya berharap mudah–mudahan pekerjaan ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.
Penulis:
Margereta R. R. Seigi
Relawan di komunitas masyarakat Asmat